Ilustrasi/news.detik.com

Pengamat Intelijen dan Militer, Ridlwan Habib mempertanyakan kesimpulan bahwa kemiskinan akan memicu terorisme. Ia membantah sekaligus mempertanyakan kesimpulan tersebut dalam seminar nasional ’Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Penegakan Hukum dalam Penanganan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia’ di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/5).

Menurut dia, ada beberapa teroris memiliki latar belakang ekonomi yang cukup.

"Ada yang gajinya Rp24 juta. Tidak kekurangan. Pergi ke Suriah. Maka itu, faktornya harus ditentukan dulu," ujar dia.

Ridlwan berpandangan, dalam menentukan pemicu aksi terorisme perlu dicari akar masalahnya dari sisi konstituen support, sistem weaponry, dan sisi leadership. Pemerintah seharusnya memiliki gambaran secara rinci dalam penangangan kasus terorisme. Harus dipetakan, apakah memberantas ideologi pro-terorisme atau mencegah serangan terorisme.

"Kalau memberantas ideologi memang sulit, namun bisa diarahkan ke arah yang lebih baik. Anda mau punya ideologi seekstrim apa silakan, tapi jangan berbuat kejahatan," kata Ridlwan.

Sebelumnya, sejumlah media memberitakan, guna memperkaya masukan dan pandangan tentang RUU Terorisme, DPR menggelar seminar nasional perlindungan hak asasi manusia dan penegakan hukum dalam penanganan tindak pidana terorisme di Indonesia, hari ini, Rabu (25/5).

Ketua Pansus RUU Terorisme Muhammad Syafi'i mengatakan, semangat yang ditonjolkan dalam seminar ini adalah pemberantasan teroris, penegakan hukum, dan perlindungan HAM. Sebab, pemberantasan terorisme tak boleh berhenti, terutama oleh lembaga yang memiliki legitimasi hukum untuk melakukan pemberantasan.

"Maka itu, harus ada upaya sosialisasi atau pencegahan agar masyakarat  kuat menghadap ajakan-ajakan kelompok teroris," kata Syafi'i.

(rr/TS)