Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas menilai Presiden Joko Widodo bisa menjadi jembatan penghubung antara PDIP dan Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama alias Ahok di Pilkada DKI Jakarta.
Abbas menilai hubungan antara Ahok dan PDIP masih dan sangat berpeluang saling mendukung di Pilkada DKI Jakarta.
“Kalau hubungan PDIP dengan Ahok masih terbuka. Hanya saja soalnya sekarang bagaimana mencari jembatan penghubung antara keduanya. Saya pikir Presiden Jokowi bisa menjadi penghubung antara keduanya. Jokowi adalah kader PDIP yang juga sangat dekat dengan Ahok,” ujar Abbas di Jakarta, Jumat (22/7).
Abbas menilai yang terjadi sekarang adalah PDIP dan Ahok masing-masing memasang ego politiknya. PDIP, kata dia mempunya ego karena merasa diri sebagai partai pemenang di DKI Jakarta dengan pendukung yang besar dan menjadi pendukung Presiden Jokowi.
“Selain ego partai, PDIP juga mempunyai struktur dan sistem komando yang jelas dan soal harga diri kepemimpinan Megawati. Jadi, tidak mudah bagi PDIP untuk mengubah misalnya aturan main partai dalam hal mekanisme partai untuk mencalonkan kandidat kepala daerah,” terang dia.
Di lain pihak, lanjut Abbas Ahok juga mempunya ego sendiri yang sudah merasa sudah mendapat kepercayaan dan dukungan di atas 50 persen warga DKI Jakarta, mrmpunyai relawan pendukung cukuk baik dan solid, dan gaya kepemimpinan Ahok yang tidak mau menjadi petugas partai. Hal tersebut, kata dia membuat Ahok sulit beradaptasi dengan tradisi PDIP.
“Oleh karena itu, harus ada channel atau mekanisme yang memungkinkan keduanya saling menerima. Mungkin salah satunya adalah Presiden Jokowi yang bisa menjembatani perkawinan PDIP dengan Ahok. Menurut saya itu yang paling mungkin diterima keduanya,” ungkap dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan jika PDIP mendukung Ahok maka pilkada DKI Jakarta tidak akan rumit. Pasalnya, terjadi pertemuan antara calon yang mempunyai elektabilitas yang tinggi dan partai yang mempunyai pendukung yang besar, ditambah dukungan Nasdem, Hanura dan Golkar.
“Dalam konteks ini, maka perlu komunikasi yang baik antara Ahok, partai yang sudah mendukung Ahok, seperti Nasdem, Hanura dan Golkar, Teman Ahok dan PDIP untuk menentukan pilihan apakah melalui jalur parpol atau jalur perseorangan,” imbuh dia.
Namun, kata Abbas, Pilkada DKI Jakarta akan rumit dan seru jika ada skenario yang memaksa PDIP melawan Ahok, maka pertanyaanya seberapa efektif kekuatan PDIP untuk mengalahkan Ahok. “Ini ujian sangat besar terhadap PDIP. Ini menjadi pembuktian kekuatan PDIP di DKI Jakarta atau pembuktian Ahok atas PDIP,” pungkas dia.
Sumber: Suara Pembaruan
Beningpost | Oleh Harun Yunus Posted: 22/07/2016 16:30:00 WIB