Kementerian Dalam Negeri

Baru-baru ini permasalahan pemberian vaksin pada anak kembali mencuat seiring dengan pemberitaan anak artis Oki Setiana Dewi yang kena campak. Oki dan suami mengaku tidak memberi vaksin pada anak, karena menganggap vaksin mengandung enzim babi.

Demi mencegah anak terkena penyakit berbahaya, bayi maupun anak perlu imunisasi atau pemberian vaksin. Pendapat adanya kandungan enzim babi di vaksin tidak sepenuhnya benar.

Hal tersebut disampaikan dokter spesialis anak Soedjatmiko. Menurutnya, jika anak tidak diberi vaksin, mereka tidak punya kekebalan spesifik.

"Kalau tidak divaksin anak tidak punya kekebalan spesifik sehingga kalau tertular penyakit akan sangat berat, cacat atau meninggal," katanya melalui pesan singkat seperti dilansir laman CNNIndonesia.com  Selasa (13/6).

Ia memberikan beberapa contoh kasus. Misal wabah difteri di Jawa Timur. Sepanjang 2007-2013, sebanyak 2869 anak yang imunisasi DPT tidak lengkap atau tidak imunisasi tertular difteri sehingga dirawat di rumah sakit. Sebanyak 131 anak meninggal akibat wabah ini.

Contoh lainnya, wabah polio pada 2005-2006. Wabah ini mulai menyebar dari Sukabumi, Banten, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Sumatera Utara. Sekitar 351 anak yang imunisasi polio tidak lengkap atau tidak imunisasi polio menjadi lumpuh permanen. Selain itu, kasus penyakit campak.

Doktor Soedjatmiko menuturkan wabah ini sempat terjadi di beberapa provinsi. Mereka yang tidak melakukan imunisasi campak akan sakit berat hingga dirawat di rumah sakit hingga sepekan lebih.

"Sedangkan mereka yang imunisasi campak hanya sakit ringan," tambah dokter yang juga anggota Satgas Imunisasi IDAI ini.

"Jadi bibit vaksin hanya bersinggungan dengan enzim babi. Tidak tercampur dengan enzim babi. Setelah itu dilakukan filtrasi ribuan kali sehingga pada vaksin yang disuntikkan tidak ada enzim babi," jelas dia. 

Dokter Soedjatmiko menambahkan, orang tua tak perlu khawatir jika anak yang sudah divaksin bermain bersama dengan anak yang tidak divaksin. Hal ini tidaklah berbahaya.

Sementara itu beredarnya info soal vaksin terbuat dari enzim babi, Doktor Soedjatmiko menampik hal ini.

"Tidak ada vaksin terbuat dari enzim babi," katanya.

Ia menjelaskan, enzim babi digunakan untuk memanen bibit vaksin, sehingga enzim babi hanya bersentuhan dengan bibit vaksin tanpa ada percampuran. Kemudian, dilakukan filtrasi atau pencucian hingga ribuan kali sehingga vaksin yang disuntikkan bebas enzim babi.

Jadi salah jika ada yang berpikir bahwa vaksin dibuat dengan enzim babi. Ia menegaskan, enzim hanya membantu proses panen. Ia mengatakan, hingga kini belum ada zat lain yang mampu memanen bibit vaksin sebaik enzim babi. Ia berkata sudah ada berbagai zat lain yang dicoba, tapi hasilnya tidak bagus. Tak semua bibit vaksin dipanen dengan enzim babi. Menurutnya, hanya ada beberapa termasuk vaksin polio injeksi.

"Ada beberapa, yaitu polio injeksi," pungkasnya.

 

Sumber: CNN Indonesia

(rr/DZ)