Republika

Pemerintah memastikan akan memberikan subsidi untuk operasional Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek). Alokasi ini diberikan agar tiket bisa dilepas Rp12 ribu per orang.
 
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan, apabila per­tumbuhan penumpang berada di angka 5 persen, subsidi yang akan diterima PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencapai Rp16 triliun dalam 12 tahun ke depan. Namun ditegaskannya, subsidi tersebut bisa menurun jika pertumbuhan penumpang mencapai 7 persen. 

"Saya sudah sampaikan, per­tumbuhan itu bisa digoyang menjadi 6 persen sampai 7 persen. Begitu pertumbuhan 7 persen, maka subsidi akan tu­run," kata Budi Karya nya usai rapat koordinasi di kantor Ke­menterian Koordinator bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (31/7) kemarin. 

Sekadar informasi, selain Budi Karya, rapat juga dihadiri Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Dalam rapat ini, konsultan proyek ini, Price Waterhouse Coopers (PwC) memperesetasikan hasil kajian­nya. 

BKS --panggilan akrab Budi Karya Sumadi-- mengatakan, pemerintah akan berupaya mendorong keterlibatan swasta dalam LRT. Khususnya, dalam pengembangan transit orientied develop­ment (TOD) atau pengembangan properti yang terintegrasi dengan jaringan transportasi publik. Menurutnya, keterlibatan swasta akan membantu mengurangi beban operasional LRT. 

"Kami harapkan dengan swasta itu juga bisa sharing, karena mereka akan mendapat manfaat dari aksesibilitas yang bagus dengan adanya LRT," tuturnya. 

Selain itu, lanjut BKS, efisiensi juga bisa diperoleh dengan memperpanjang jalur LRT, tidak hanya sampai Cibubur tetapi sampai Bogor. Hal ini bila di­lakukan bisa menambah jumlah penumpang. 

Kepala Divisi LRT Ahmad Najib Tawangalun menuturkan, skema subsidi yang nanti diberi­kan berbeda dengan subsidi pemerintah kepada Kereta Rel Listrik (KRL). Menurutnya, sub­sidi nanti akan digunakan untuk menutupi biaya operasional LRT dalam setahun. 

"Ini skemanya tidak seperti KRL. Bukan subsidi tiket, bu­kan potongan tiket. Jadi dalam hal ini, kebutuhan operasion­alnya dikali sekian rupiah, dan pendapatannya sekian rupiah, jadi selisih itulah yang ditutup. Semakin banyak penumpang, semakin turun subsidinya. Ka­lau KRL kan semakin banyak penumpang maka subsidi yang dibutuhkan makin besar," kata Najib seperti dikuti dari Rmol

Dengan proyeksi pertumbuhan penumpang yang lebih baik, lan­jut Najib, tingkat keekonomian proyek bisa lebih baik. 

Sekadar informasi, proyek LRT ini sedang dikerjakan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan akan dioperatori oleh KAI sesuai Peraturan Presiden No­mor 49 Tahun 2017. Adapun, total investasi yang dibutuhkan untuk proyek ini tercatat Rp 21,7 triliun. 

BKS mengungkapkan, ada dua bank yang tertarik ikut membiayai proyek LRT Jabode­bek. Yakni, PT bank Centeral Asia Tbk dan PT bank CIMB Niaga Tbk. "Tadi saya da­pat informasi dari Dirut Bank Mandiri, kalau nggak salah BCA dan CIMB, sudah mau," ungkap BKS.

(rr/HY)