news.okezone.com

Usaha Joko Widodo mendekati umat Islam untuk memperoleh suara pada pemilihan presiden 2019 mendatang dinilai sia-sia. Pasalnya, saat ini persepsi dan sikap politik umat Islam terhadap Jokowi negatif. Apalagi ditambah dengan sikap Jokowi yang seolah tidak melindungi umat Islam semakin menegaskan umat Islam akan meninggalkan Jokowi.
 
Demikian ditegaskan oleh pengamat politik Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi Harahap.
 
"Beliau (Jokowi) dinilai bersikap anti umat Islam. Hal ini semakin dipercaya setelah Jokowi menerbitkan Perppu Ormas dan membubarkan tanpa pengadilan Ormas Islam Hitzbut Tahrir Indonesia (HTI)," kata Muchtar Effendi Harahap kepada Harian Terbit, Selasa (1/8). 
 
Muchtar menuturkan, dengan terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2017 maka membuat hampir semua ormas Islam memprotes dan mengecam Jokowi. Ditambah lagi saat ini umat mengecam keras atas prakarsa Jokowi akan menggunakan dana Haji untuk pembangunan infrastruktur. Oleh karenanya, umat Islam sudah pasti akan antipati terhadap mantan gubernur DKI Jakarta tersebut. 
 
Muchtar menuturkan, bagi tokoh nasionalis militer dan juga sipil bukan berasal dari kelompok umat Islam politik maka sangat penting mendapatkan dukungan dari umat Islam pada Pilpres 2019. Oleh karena itu mereka termasuk Jokowi, jika mau lanjut menjadi Presiden maka harus mendekati umat Islam antara lain dengan menyambangi ulama, habib dan tokoh masyarakat. 
 
"Saat ini Jokowi juga telah membuat kebijakan politik membantu total sekitar Rp 2,5 triliun untuk pemberdayaan ekonomi mikro warga NU. Terakhir,  Jokowi juga buat acara zikir bersama," paparnya.
 
Khusus untuk Jokowi, sambung Muchtar, pihaknya sangat percaya bahwa upaya mendekati umat Islam agar peroleh suara pemilih pada Pilpres 2019 tidak akan efektif. Karena saat ini sudah terbentuk persepsi dan sikap umat Islam politik negatif tentang Jokowi. Apalagi Jokowi juga dinilai bersikap anti umat Islam setelah menerbitkan Perppu Ormas dan membubarkan HTI.
 
"Intinya, khusus buat Jokowi upaya mendekati umat Islam ini sudah tepat dan rasional. Namun, upaya ini tidak efektif karena persepsi dan sikap negatif umat Islam tentang dirinya terus meningkat dan meluas," tegasnya. 
 
Lebih lanjut Muchtar mengatakan, dalam memahami perilaku pemilih di Indonesia, kelompok Islam politik ini kini mencapai sekitar 40 persen. Makna Islam politik adalah mereka setiap pemilihan, memberikan suara terhadap tokoh Islam dan juga parpol Islam atau berbasis Islam. Mereka takkan memilih tokoh nasionalis militer dan sipil sepanjang tidak berpasangan dengan tokoh Islam dan didukung parpol Islam. 
 
"Setiap calon dari kelompok non muslim politik, jika mau menang dalam pemilihan, harus mendekati para tokoh atau lembaga mediasi umat Islam ini," paparnya. 
 
Seperti diketahui jelang Pilpres 2019 yang akan digelar sekitar 1,5 tahun lagi, para calon presiden (capres) sudah mulai mencari simpati umat Islam dengan menyambangi ulama, kiai, habaib, dan tokoh-tokoh ormas Islam lainnya. Mereka mendatangi pondok-pondok pesantren dengan memberikan berbagai bantuan yang nilainya fantastis.  Namun, umat Islam diminta waspada jangan sampai memilih capres yang melupakan umat Islam dan menghina ulama setelah terpilih.
 
 
Sumber: Harian Terbit
 
(rr/HY)