www.beningpost.com

Sebagai upaya memerangi dan menurunkan angka buta katarak, di momen World Sight Day (Hari Penglihatan Sedunia) yang jatuh pada Kamis kedua bulan Oktober, Jakarta Eye Center menggelar Bakti Katarak 2017 yang dilakukan di rumah sakit Jakarta Eye Center Kedoya, Jakarta Barat pada Sabtu (28/10).

Dengan tema "Make Vision Count", slogan global dari PBB, JEC ingin membuat penglihatan penderita katarak selain bisa melihat dunia kembali, juga berharap agar penglihatan mereka semakin optimal. Sebenarnya, makna slogan dari make vision count hampir mirip seperti ungkapan make something count atau buatlah sesuatu lebih bermakna.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013), yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian kesehatan RI prevalensi katarak adalah 0,1% per tahun. Artinya, setiap tahun diantara 1.000 orang terdapat penderita karatak baru.

Maka dari itu, kegiatan ini sesungguhnya bisa dikatakan pembasmian buta katarak.

“Perdami selama bulan ini sedang mengejar bakti sosial katarak, menurunkan angka kebutaan. Angka kebutaan ini hampir setiap tahun ada 1.000 orang. Selain d JEC Kedoya, kami juga punya daerah binaan di Rangkas Bitung dan Sukabumi, tepatnya di Pelabuhan Ratu yang dipimpin oleh Dr. Vidyapati,” ujar Dr. Setiyo Budi Rianto, SpM, Ketua Service Katarak dan Bedah Refraktif dan Direktur Utama JEC @Menteng

Dr. Budi menambahkan, “Kebutaan itu bisa kita cegah, melalui operasi maupun edukasi,”

Sepanjang tahun 2017, JEC sudah mengoperasi mulai 200-400 mata di luar jadwal World Sight Day. Karena bisa diketahui setiap tahun, bakti katarak itu dilakukan beberapa kali. Kegiatan ini terus dikejar oleh JEC untuk mendukung program pemerintah Bebas Buta Katarak 2020.

Untuk kegiatan Bakti Katarak 2017 ini, JEC mengalokasikan 50 pasien penderita katarak. Kegiatan di luar bakti katarak, JEC melakukan pemeriksaan lewat eye check,

Dr. Muhammad Yoserizal, SpM, Ketua Panitia Bakti Katarak, mengatakan, “Pasien yang dioperasi diambil dari warga sekitar Jakarta Eye Center, Tangerang atau orang-orang yang membutuhkan. Kami berharap ini tepat sasaran,”

Sebelum dilakukan operasi, pasien di screening terlebih dahulu, cross check terkait fungsi saraf, ketebalan kornea, dsb. Kemudian, dokter spesialis langsung melalukan proses eksekusi dengan memakan waktu sekira 20 menit. Lalu, dalam sepekan ke depan kembali kontrol, tanpa dipungut biaya.

Dijelaskan oleh Dr. Yoserizal, sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan angka kebutaan di Indonesia itu selalu tinggi, di mana menempati posisi kedua di dunia dan nomor satu se-Asia Tenggara. Selain jumlah penduduk yang besar, juga paparan sinar ultraviolet, sosial ekonomi, dan daerah terpencil yang belum tersentuh.

Katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan proses degeneratif yang pasti terjadi pada semua orang. Hingga saat ini, katarak masih merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia maupun dunia.

(rr)