www.beningpost.com

Industri fashion di Indonesia tengah giat dikembangkan bersama, seiring dengan target menjadikan Indonesia sebagai pusat fashion dunia.

Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan memiliki keahlian yang mengikuti perkembangan industri fashion yang dinamis, termasuk dalam pemanfaatan teknologi informasi dan perangkat digital. 

Guna mendukung peningkatan mutu tenaga pendidik SMK bidang Tata Busana, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui Direktorat Pembinaan SMK yang kembali menyelenggarakan “Workshop Penyelarasan SMK Kompetensi Keahlian Tata Busana Tahun 2017 (Revitalisasi SMK)”.

Workshop yang didukung oleh Bakti Pendidikan Djarum Foundation dan Indonesia Fashion Chamber (IFC) yang berlangsung pada tanggal 13-17 November 2017 di Hotel Griptha, Kudus, Jawa Tengah. 

“Melalui program ini, kami berharap para guru bidang Tata Busana di SMK dapat meningkatkan kemampuan serta memperbaharui kompetensi yang dimiliki sesuai tuntutan terkini dunia usaha, khususnya industri fashion,” papar Ir. Sri Puji Lestari, MM, Kasubdit Penyelarasan Kejuruan dan Kerjasama Industri Dit. PSMK Kemendikbud.

Menurut sri, penguasaan kompetensi tersebut tentunya akan berimbas pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

Outcome dari program ini, siswa SMK akan dibekali dengan kompetensi terkini yang memacu kreativitas untuk mendesain fashion sesuai trend, berikut kemampuan untuk mengembangkan kewirausahaan.

Workshop ini ditujukan untuk 140 pendidik yang merupakan perwakilan dari SMK bidang Tata Busana yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Melanjuti workshop sebelumnya yang menekankan pada materi pengembangan kreativitas atau desain, materi kali ini meliputi seluruh sektor dalam ekosistem industri fashion, mulai dari desain, produksi, hingga pemasaran.

Para mentor workshop ini merupakan praktisi berpengalaman di industri fashion yang akan memberikan materi dan praktik pembuatan koleksi, mulai dari tahap pengembangan konsep dan desain, penerapan Indonesia Trend Forecasting, perumusan tema koleksi, produksi yang termasuk pembuatan pola, potong, dan jahit, serta tak ketinggalan pengayaan strategi costing dan marketing.

“Selama ini, materi pembelajaran di SMK Tata Busana tidak mengenalkan seluruh proses dalam ekosistem industri fashion,” tutur Dina Midiani, Ketua Program Edukasi Kegiatan Workshop.

Umumnya, lanjut Dina hanya menekankan pada hal teknik seperti pembuatan pola dan penjahitan dan desain yang diperkenalkan pun berupa busana malam bergaya karnaval atau ekstravaganza, sehingga mayoritas lulusan SMK terbatas menjadi penjahit atau menerima pesanan jahitan.

Sedangkan industri fashion yang sebenarnya memproduksi ready to wear yang mengikuti trend serta punya daya pakai dan jual yang tinggi. 

“Untuk itulah, program workshop ini diarahkan pada pengayaan materi dan praktik untuk menghasilkan produk fashion secara industri, yaitu ready to wear. Dengan begitu dapat memberikan wawasan dan ketrampilan baru kepada para pengajar SMK Tata Busana untuk ditransfer kepada siswa ajarnya agar siap terjun dalam industri fashion,” paparnya.

(rr/Syam)