www.beningpost.com

Salah satu bentuk promosi yang dilakukan gerakan #20DetikCuciCorona untuk mengajak orang mengakses playlist lagu berdurasi 20 detik. Lagu-lagu ini donasi karya para musisi untuk menemani masyarakat mencuci tangan - yang menurut anjuran WHO adalah selama 20 detik.

Terdapat adegan di dalam video yang terinspirasi dari keadaaan yang terjadi di lapangan. Playlist 20 Detik Cuci Corona memang mulai dimanfaatkan masyarakat untuk mengedukasi serta menemani mereka cuci tangan melawan corona dan sudah diperdengarkan di beberapa fasilitas umum yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.

Lagu-lagu berdurasi 20 detik ini telah diputar di pasar-pasar tradisional, di antaranya Pasar Pahing (Pacitan) dan Pasar Geneng (Wonogiri). Selain pasar tradisional, playlist 20 Detik Cuci Corona juga digunakan oleh mobil sosialisasi di Jogja, pertokoan di Riau, Boyolali, Makassar, pelabuhan kecil di Maluku, dan Pos Jaga Militer di Papua untuk mengedukasi serta menemani warga cuci tangan lawan corona.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Nawangan, Pacitan, Nurus Son’ani, menggunakan karya tersebut untuk membantunya mengedukasi tentang pentingnya cuci tangan guna memutus rantai penyebaran COVID-19 kepada warga sekitar. Dia menilai, tema dan lirik lagu sangat mendukung untuk mengajak warga sekitar hidup lebih bersih.

Sedangkan, Handika Oktavian Harisen, seorang warganet, mengaku pertama kali mengetahui playlist tersebut dari akun Instagram @20detikcucicorona. Di situ, dia mendengarkan musik karya Cliffton Jesse Rompies, personel band Clubeighties. “Lagunya asyik, bikin pingin cuci tangan terus,” ujarnya.

Gerakan #20DetikCuciCorona yang diinisiasi sekelompok pekerja kreatif ini lahir dari keresahan atas kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan selama 20 detik. Padahal itu merupakan langkah dasar yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk pencegahan COVID-19.

Menurut Dhani Hargo, salah seorang penggagas gerakan ini, “Istilah lockdown, physical distancing, flattening the curve, itu bahasa anak Senopati. Saudara-saudara kita di Brebes, Maros, Pacitan, dan di daerah lain bingung. Padahal yang paling dasar dan mudah, cuci tangan minimal 20 detik dengan sabun.”

Berdasarkan premis tersebut, gerakan ini membuat sebuah playlist yang memuat lagu-lagu berdurasi 20 detik untuk menemani masyarakat mencuci tangan tanpa berhitung.

Dicetuskan akhir April lalu, gerakan ini mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Setidaknya ada 61 lagu yang dibuat musikus yang berasal dari Jakarta, Bandung, Malang, Situbondo, Surabaya, Sulawesi Tengah, Bali dan Ambon.

Diantaranya Jason Ranti, Nova Ruth, Robi Navicula, Dedy Lisan, Kamga, Changcutters, Cliff Club 80s, /rif, dan masih banyak lagi.

“Sejak kami sebar melalui grup Whatssapp, antusias dari kawan-kawan musisi luar biasa,” ujar Dzulfikri Putra Malawi, salah satu penggagas gerakan.

Playlist #20detikcucicorona ini dapat didengarkan di platform pemutar lagu seperti SoundCloud, Bandcamp, Youtube dan Instagram. Seluruh karya juga sudah didaftarkan hak ciptanya melalui lisensi Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 International – Creative Commons.

Tujuannya, kata Dzulfikri, agar para musikus dan pendengar bebas menggunakan karya mereka untuk kampanye melawan corona. Misalnya diputar di fasilitas umum tanpa perlu memikirkan masalah hak cipta.

(rr/Syam)