www.beningpost.com

Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 15 Juli 2021 di Konawe, Sulawesi Tenggara.

Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema saat ini adalah “Mengenal dan Menangkal Hoaks”. Kegiatan kali ini dihadiri sebanyak 525 peserta yang berasal dari berbagai kalangan. 

Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Dosen Teknologi Komunikasi Universitas Halu Oleo dan Ketua AMSI Sulawesi Tenggara M Djufri Rachim, Redaktur Pelaksana Kanal Berita Cek Fakta Liputan 6 Edu Krisnadefa, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pemuda Pelajar Palangga Selatan Renaldi, dan Selebgram Reh Atemalem Susanti.

Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Agung Cahyono selaku Jurnalis TV Senior. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri. Jadi, saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan pengguna internetnya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden. 

Pemateri pertama, Edu Krisnadefa mengatakan, penanda label 'diteruskan' akan membantu untuk mengenali pesan tersebut bahwa pesan bukan dibuat oleh rekan atau kerabat Anda. Selain itu, aplikasi Yandex dan Google Reverse Images juga bisa digunakan untuk mengecek kebenaran informasi foto atau video.

"Tips lain untuk terhindar dari hoaks, adanya pesan yang bombastis dan banyak typo (kesalahan ejaan). Kalau ada berita besar, pasti media besar juga turut memberitakan," tuturnya. 

Berikutnya, Reh Atemalem Susanti mengatakan, banyak hal yang menjadi pertimbangan agar warganet selalu waspada dengan informasi palsu atau hoaks. Antara lain, membaca hoaks akan membuang waktu produktif Anda, memicu kepanikan bila sudah terlanjur tersebar, hoaks digunakan untuk mencari keuntungan ekonomi, serta mengklik tautan hoaks akan berbahaya terhadap keamanan data pribadi.

"Dalam catatan Dewan Pers, ada 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal berita, tapi hanya 300-an yang terverifikasi," jelasnya. 

Sebagai pemateri ketiga, M Djufri Rachim mengatakan, media sosial saat ini tidak hanya sekedar sosialisasi para penggunanya, bahkan sudah menjadi pemberitaan alternatif selain media massa. Oleh sebab itu, perlu hati-hati ketika berpendapat, mengunggah konten, atau menyebarkan informasi.

"Verifikasi setiap informasi apakah cukup di tangan kita atau disebarkan, bersikap jujur, dan hindari agar tidak sampai merugikan posisi profesi atau pribadi sendiri," ujarnya. 

Sedangkan menurut Renaldi bahwa internet menjadi teknologi yang cukup berbahaya lantaran hingga saat ini masih terbilang bebas tanpa adanya aturan yang ketat. Oleh sebab itu, perlu upaya dan strategi agar para warganet tetap sehat dalam menggunakan internet. Misalnya, menjadikan internet sebagai penambah wawasan, ketat menyeleksi informasi yang masuk, pengawasan terhadap anak dan keluarga selama berselancar di dunia maya, serta menjadikannya sebagai alat untuk bersosialisasi.

"Orang tua atau keluarga bisa membuat aturan dalam penggunaan internet bagi anak-anak," tambah Renaldi. 

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Terlihat antusiasme dari para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber.

Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. “Isu hoaks yang berkembang dan tersebar apakah dibuat oleh kelompok yang ingin terjadi konflik atau sengaja dibuat oleh media," tanya Agas yang merupakan salah satu peserta dari kegiatan Literasi Digital di Konawe.

Edu Krisnadefa mengatakan, penyebaran hoaks terjadi karena banyak warganet yang kurang literasi, sehingga membuat dirinya terlibat menyebarkan isu-isu yang misinformasi atau disinformasi.  

Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai dari Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi yang informatif yang disampaikan narasumber terpercaya.

Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.

(rr/Syam)