www.beningpost.com

Deloitte hari ini merilis laporan “Technology-empowered Digital Trade in Asia Pacific”, yang menyoroti tren terbaru pada perdagangan lintas batas di kawasan ini yang berkembang menjadi semakin terdigitalisasi, semakin ramah lingkungan dan semakin menjamin masa depan yang berkelanjutan, di mana usaha kecil dan mikro memegang peranan penting. 

Berdasarkan hasil survei terhadap bisnis yang terlibat dalam perdagangan lintas batas di kawasan Asia Pasifik, laporan ini memaparkan bahwa perdagangan digital akan semakin mempercepat peningkatan aktivitas e-commerce lintas batas, pengadopsian gaya hidup digital yang sangat cepat oleh konsumen, pengembangan lebih lanjut dari infrastruktur digital dan penguatan kerja sama regional yang dipimpin oleh Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Masa keemasan perdagangan digital di kawasan ini diharapkan akan terjadi dalam tiga tahun mendatang. 

“COVID-19, perkembangan teknologi digital, dan peningkatan kerja sama regional mempercepat pembentukan perdagangan digital di kawasan Asia Pasifik. Perdagangan digital hadir dengan peluang pengembangan baru,” ujar Taylor Lam, Vice Chairman dan Technology, Media & Telecommunications Industry Leader di Deloitte China. “Selain itu, RCEP akan mempromosikan kerja sama regional dan memfasilitasi perdagangan digital regional.” 

“Teknologi digital memungkinkan seller global berpartisipasi dalam perdagangan global tanpa ada hambatan,” kata Gary Wu, Deloitte Global Lead Client Service Partner. ”Perbaikan infrastruktur digital yang berkelanjutan akan secara efektif menyelesaikan dua kendala utama yang memengaruhi perdagangan lintas batas, yakni logistik dan pembayaran. Teknologi blockchain juga menciptakan ruang imajinasi baru untuk perdagangan digital.” 

Insight Penting di Kawasan 

Perdagangan global memasuki era kecerdasan

  • Seiring dengan makin majunya teknologi digital, pengadopsian teknologi digital dalam perdagangan kini semakin mendalam dan lebih komprehensif, perdagangan global telah memasuki era kecerdasan, di mana faktor data memainkan peran penting.
  • Infrastruktur penting seperti 5G akan menunjang pengembangan platform distribusi data dan arsitektur jaringan yang baru, dan memfasilitasi Internet of Everything (IoE). Sementara itu, akumulasi dari big data, yang dipadukan dengan kecerdasan buatan, akan memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan yang cerdas.
  • Secara keseluruhan, perdagangan global dewasa ini sedang mengalami pertumbuhan yang agresif dari digitalisasi menuju tahap kecerdasan, di mana “perdagangan digital” adalah perkembangan terkininya. 

Perkembangan dan kematangan perdagangan digital di Asia Pasifik

  • Pengembangan dan kematangan perdagangan digital di negara dengan perekonomian besar di kawasan ini dinilai dari dua dimensi, e-commerce lintas batas (60%) dan digitalisasi (40%). Berdasarkan evaluasi ini, market-market di Asia Pasifik bisa dibagi menjadi:
    • Mature market: China, Korea Selatan, Singapura dan Jepang;
    • Developing market: Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipina;
    • Early-stage market: Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei Darussalam.
  • Indonesia memiliki e-commerce berskala besar dengan potensi luar biasa dalam e-commerce lintas batas. Total besaran market e-commerce di Indonesia mencapai US$43,351 miliar pada tahun 2021 dibandingkan market e-commerce di China, atau tepat di belakang Korea Selatan yang merupakan negara terbesar ketiga di RCEP. Sementara itu, proporsi skala konsumsi e-commerce lintas batas di Indonesia mencapai US$17,34 miliar, yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ‘Developing markets’ lain dan berada tepat di belakang China, salah satu ‘Mature markets’ di antara negara-negara RCEP. 

Bonus demografi, tingkat penetrasi internet, dan kebiasaan konsumen menciptakan potensi besar untuk mengembangkan e-commerce serta e-commerce lintas batas di Indonesia. E-commerce sosial juga berkembang pesat, dan konsumen gemar berdagang di media sosial. Konsumen Indonesia suka membeli produk yang terjangkau, dan rata-rata transaksinya adalah US$36, jauh lebih rendah dari Malaysia (US$54) dan Singapura (US$91). Pengguna juga lebih memilih platform e-commerce dalam bahasa lokal, yang sangat mempengaruhi pengalaman berbelanja mereka.

Munculnya micro-multinational enterprise (mMNE) sebagai pendorong utama di balik transformasi perdagangan digital di Asia Pasifik

  • Dengan bantuan platform digital, wirausaha dan usaha kecil telah menjadi mMNE karena mereka terlibat dalam e-commerce lintas batas di seluruh market global.
  • Mereka menyediakan “produk buatan lokal” yang beragam dan layanan kustomisasi untuk pembeli global, dan berkontribusi pada lebih dari 85% aktivitas e-commerce lintas batas di Asia Pasifik.
  • Karakteristik utama mMNE:
    • Lebih mahir dalam memanfaatkan platform digital
    • Berskala kecil, biasanya dengan jumlah karyawan kurang dari 10
    • Beroperasi secara global dengan rata-rata 3,56 outlet di luar negeri  

Pembayaran dan penjualan adalah dua fungsi perdagangan dengan tingkat digitalisasi tertinggi

  • Tingkat penetrasi digitalisasi pembayaran mencapai 55% dan 53% untuk digitalisasi penjualan.
  • Mature market lebih banyak mengadopsi teknologi digital di bidang pembayaran, penjualan dan logistik.
  • Pada developing market, tingkat digitalisasi di bidang produksi dan perdagangan lebih tinggi.
  • Berbicara di acara peluncuran laporan tersebut, Frankie Fan, China Head of WorldFirst, perusahaan pembayaran internasional terkemuka dengan pangsa pasar lebih dari 40% di China, Jepang dan Korea, mengatakan, "UKM memainkan peran penting dalam pemulihan ekonomi di kawasan ini." 

“Dengan dukungan infrastruktur penjualan dan pembayaran online lintas batas serta RCEP yang mulai berlaku tahun depan, UKM di kawasan Asia Pasifik akan semakin mantap dalam perdagangan lintas batas,” katanya. “Di WorldFirst, kami menyediakan layanan keuangan satu atap, termasuk layanan pembayaran, penagihan, dan penukaran kepada perusahaan-perusahaan skala besar dan kecil, sehingga mereka dapat fokus pada pertumbuhan bisnis.”

(rr)