www.beningpost.com

Survei yang dilakukan oleh Manulife baru-baru ini mengungkap bahwa investor Indonesia memiliki risiko yang tinggi akibat kurang siap menghadapi realitas finansial di masa pensiun nanti.
 
Manulife Investor Sentimen Index (MISI) menemukan bahwa hampir seluruh investor (96%) yakin mereka akan tetap memiliki gaya hidup yang sama seperti saat ini atau bahkan akan lebih baik lagi di masa pensiun nanti.
 
Mereka tidak menyadari bahwa simpanan mereka akan terus menyusut akibat pengeluaran di masa pensiun, dan pada akhirnya akan membahayakan keuangannya.
 
Mayoritas investor optimis akan masa depan mereka, dengan 71% investor yakin bahwa mereka sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai beragam tujuan keuangannya, dan bahkan 10% investor yakin mereka akan melampaui target.
 
“Sebaliknya, hanya 19% investor yang merasa khawatir akan kehabisan uang pada masa pensiun nanti,” kata Karyadi Pranoto, Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dalam keterangan resminya kepada BeningPost.com (21/2) di Jakarta.
 
Terlepas dari optimisme para investor untuk mencapai target simpanannya, namun mereka tidak mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi masa depan keuangannya.
 
Walaupun para investor menempatkan perencanaan pensiun sebagai salah satu prioritas keuangan yang utama, menempati peringkat kedua setelah pendidikan anak, namun hampir seperempat dari investor (24%) mengalokasikan kurang dari 10% tabungannya untuk simpanan dana pensiun.
 
Selain itu, banyak (57%) yang berharap dapat mengumpulkan tabungan untuk masa pensiun sebesar maksimum Rp 100 juta, yang akan habis dalam waktu dua sampai tiga tahun - dengan mempertimbangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga mereka saat ini sebesar Rp 4 juta per bulan.
 
Karyadi mengatakan, senang sekali melihat investor di Indonesia sangat antusias mempersiapkan masa depan mereka. Namun untuk merasakan pensiun yang nyaman dibutuhkan waktu dan perencanaan yang tepat.
 
“Dan sayangnya, tidak ada jalan pintas untuk hal tersebut. Investor harus realistis akan biaya masa depan mereka, termasuk biaya kesehatan dan kewajiban pada keluarga,” jelasnya.
 
Survei juga mengungkapkan sebagian investor masih salah memahami produk investasi dan potensi keuntungannya, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan kekayaannya. Hampir semua investor (94%) masih beranggapan bahwa tabungan dan deposito adalah produk investasi.
 
Keengganan investor dalam mengambil risiko juga turut membatasi kemampuan mereka untuk mengumpulkan kekayaan. Hampir tiga perempat (74%) dari investor Indonesia lebih memilih investasi yang berisiko rendah.
 
Hal ini terlihat dari menguatnya sentimen terhadap dana tunai yang meningkat, dari 71% di Q4 2015 menjadi 88% di tahun 2016.
 
Dengan menempatkan mayoritas (60%) dana pensiunnya di produk non-investasi yang menawarkan risiko rendah namun memberikan imbal hasil yang rendah, sebagian besar investor (65%) merasa yakin bahwa mereka telah cukup melakukan diversifikasi portofolio.
 
(rr/Syam)