www.beningpost.com

GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi penggerak dampak yang didirikan oleh GoTo (sebelumnya bernama Yayasan Anak Bangsa Bisa atau YABB), menggelar acara Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) Innovation Day.

Acara ini bertujuan untuk membangun innovation ecosystem dengan mengumpulkan para pembuat dampak dari sepanjang rantai pengelolaan sampah untuk saling belajar, merayakan kolaborasi multi sektor, dan berpartisipasi aktif dalam penyelesaian masalah sampah.

Mengacu kepada data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI), Indonesia memiliki target pengurangan sampah sebesar 30% dan pengelolaan sampah dengan baik sebesar 70% pada tahun 2025. Untuk mencapai tujuan bersama ini, semua pihak perlu bergotong royong, dan mengambil peran aktif dalam membantu bangsa.

Monica Oudang, selaku Chairperson GoTo Impact Foundation menjelaskan, ”Setelah tiga tahun berjalan, GIF menyadari bahwa upaya yang dilakukan sendiri-sendiri tidak cukup untuk menghasilkan perubahan jangka panjang. Sebagai organisasi yang menggabungkan jiwa filantropi dengan semangat berinovasi, GIF mengedepankan kekuatan transformatif "gotong royong" dalam melahirkan inovasi yang berkelanjutan.”

Hal tersebut, tambah Monica, yang mendorong kami untuk bermisi membangun innovation ecosystem, di mana kami memobilisasi dan menyatukan para pembuat dampak, pendanaan, pengetahuan, dan keahlian guna mengatasi tantangan kompleks di Indonesia. Misi ini kami wujudkan lewat CCE, prototipe kami yang berperan sebagai katalisator dalam mengatasi permasalahan iklim di Indonesia dengan lebih cepat, berkelanjutan, dan dalam skala lebih besar.

Melalui CCE, GIF mengkoneksikan para ahli dari berbagai sektor dengan komunitas di lapangan sehingga semua pihak bisa ikut berinovasi (link up); berinovasi bersama pembuat dampak dan penerima manfaat melalui pemanfaatan data dan pengembangan kapasitas untuk menghasilkan solusi hyperlocal (sync up); serta bereksperimen bersama melalui implementasi dan pengembangan solusi inovatif bersama (scale up).

Pada tahun 2021, GIF memulai CCE dengan mengumpulkan 33 changemakers yang terdiri dari startup dan organisasi masyarakat sipil ke dalam Catalyst Changemakers Lab (CCL) untuk pengembangan kapasitas dan kolaborasi multi sektor.

Selanjutnya, GIF juga memberikan pendanaan dan memfasilitasi implementasi proyek percontohan yang menyasar permasalahan sampah di perairan di Bandar Lampung, bencana hidrometeorologi di Semarang, dan akses air bersih di Makassar.

Memasuki gelombang kedua di 2023, CCE mengumpulkan 50 changemakers  untuk melakukan upaya intervensi dengan prinsip  ekonomi sirkular yang menyasar pada pengelolaan sampah di kawasan strategis destinasi wisata, yakni Bali, Labuan Bajo, dan Danau Toba.

Pada tanggal 4 dan 6 Juli 2023, CCE Innovation Day diselenggarakan sebagai penanda berakhirnya Catalyst Changemakers Lab (CCL) dan persiapan untuk pelaksanaan proyek percontohan. CCE Innovation Day terdiri dari beberapa kegiatan mulai dari keynote, fireside chat, power networking, speed dating, exhibition, dan pitching session yang melibatkan para pembuat dampak, mulai dari pemerintah, bisnis, filantropis, inovator, akademisi, dan komunitas.

CCE Innovation Day menghadirkan berbagai pakar yang dapat mendorong pembangunan innovation ecosystem, mulai dari Nani Hendriati - Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Arnoud De Meyer - Professor Emeritus Singapore Management University, Rocky Pairunan - Manager National Plastic Action Partnership (NPAP), Ahmad Prasetya Ibnu Toat - Governance and Policy Lead Systemiq, Fei Febri - Direktur Eksekutif Bank Sampah Bersinar, dan masih banyak lainnya.

“Kami berharap, melalui CCE para pembuat dampak dapat mengambil langkah besar dalam mendorong revolusi pengelolaan sampah Indonesia dengan standar global. Mari bersama kita lanjutkan perjalanan ini untuk Bergerak, Berdampak, Bersama, menjadikan CCE sebagai ekosistem untuk bergotong royong, menanamkan semangat berinovasi, sehingga mampu mengakselerasi kemajuan menuju peradaban yang lestari,” tutup Monica.

(rr/Syam)