www.beningpost.com

PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP), melalui salah satu sister company-nya PT Selaras Medika Digital Indonesia (SMDI) menandatangani perjanjian kerja sama distribusi alkes dalam negeri (AKD) bersama PT Sinergi Utama Sejahtera (“Sinergi”).

Penandatanganan ini dilakukan di kantor / pabrik SCNP yang berlokasi di Cileungsi, Kab. Bogor – Jawa Barat pada hari Senin tanggal 31 Juli 2023. Hadir dalam acara ini para Direksi dari Perusahaan SCNP dan SMDI (“Selaras”), Sinergi beserta jajaran manajemen.

Perjanjian Kerja Sama (PKS) distribusi alkes ditandatangani oleh Direktur Utama SMDI Gembong Priamadjaja dan Direktur Sinergi Dokter Anastasia Budiman, yang disaksikan oleh Direktur Utama SCNP Freddy Nursalim beserta jajaran manajemen dari ketiga perusahaan yang menjalin kemitraan strategis.  

Tumpal Sihombing - Corporate Secretary Head, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk.  (SCNP) mengatakan, SCNP adalah perusahaan terbuka (emiten) yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2020. SCNP memiliki 2 (dua) strategic business unit, yaitu business unit medical devices (alkes) dan business unit home appliances (perangkat rumah tangga). SMDI adalah sister company SCNP di bawah pengelolaan business unit alkes, yang telah diinisiasi sejak tahun 2019 dan tertuang dalam business plan jangka panjang SCNP.   

Tumpal Sihombing menjelaskan, kemitraan strategis antara Selaras dan Sinergi dalam alkes diharapkan berdampak konstruktif dan kontributif dalam beberapa hal strategis sebagai berikut:

  1. Kepatuhan terhadap Regulasi: Sinergi berpengalaman dalam persyaratan peraturan dan standar alkes Indonesia. Sinergi bekerja sama dengan Selaras dalam menavigasi lanskap regulasi yang kompleks, memastikan bahwa perangkat medis yang diproduksi telah memenuhi persyaratan yang diwajibkan. Dalam hal ini SCNP selaku perusahaan terbuka wajib comply terhadap regulasi dan perizinan;
  2. Akes dan Pengetahuan Pasar: Sinergi telah memiliki akses dan pemahaman luas tentang pasar alkes Indonesia, termasuk preferensi, kebutuhan,dan perilaku pembelian penyedia alat dan layanan kesehatan. Kolaborasi ini akan membantu produsen dalam meningkatkan efektivitas penerapan strategi pemasaran dan penjualan alkes secara nasional;
  3. Jaringan Distribusi: Sinergi memiliki jaringan dan relationship yang kuat dengan banyak rumah sakit, klinik dan ragam fasilitas kesehatan secara nasional. Sinergi mendistribusikan ragam alkes secara efisien dan efektif serta memastikan bahwa produk alkes yang dihasilkan Selaras akan terjangkau oleh masyarakat luas;
  4. Dukungan Logistik Nasional: Sinergi menangani aspek logistik dan distribusi alkes secara nasional, termasuk registrasi produk, pergudangan, kendali mutu, pengemasan hingga ke pelabelan. Selaras fokus pada ranah manufaktur alkes, yang dalam hal ini akan sangat terbantu dengan keberadaan supply chain management yang dikelola oleh Sinergi;
  5. Layanan Purna Jual: Sinergi akan mendukung Selaras dalam hal akses ke pelanggan dan layanan purna jual yang efektif kepada para penyedia layanan kesehatan dan para pengguna akhir;
  6. Stabilitas dan Akses Pasar: Kolaborasi dengan distributor lokal memberikan stabilitas bagi produsen dalam akses pasar secara nasional. Sinergi berpengalaman serta memiliki akses yang luas dan kuat, tentunya dapat membantu produsen dalam memperluas jangkauan publik terhadap manfaat dari perangkat medis yang diproduksi Selaras serta dalam upaya mengatasi segala tantangan industri alkes domestik.

Salah satu objek Perjanjian Kerja Sama antara Selaras dan Sinergi adalah distribusi alkes NIVA (Non-Invasive Vascular Analyzer), detektor dini penyakit kardiovaskular. Alkes NIVA merupakan hasil karya anak bangsa, yang diriset sejak tahun 2013 oleh tim inventor dari ITB (Prof. Tati Mengko, Dr. Richard Mengko, Dr. Hasballah). NIVA merupakan suatu mahakarya novelty dari STEI-ITB yang telah mengalami penyempurnaan hingga memenuhi standar industri dan telah masuk tahap produksi massal hingga komersialisasi di pasar alkes nasional. NIVA memiliki proposisi nilai medis yang lebih superior dibandingkan dengan alkes impor sejenis.

NIVA merupakan alkes dalam negeri yang mampu mengukur dan menampilkan 15 parameter kondisi kardiovaskular seseorang, secara non-invasive dan painless, dimana secara umum alkes yang kini tersedia di pasar hanya mampu menampilkan sejumlah 4-6 parameter kondisi kardiovaskular saja, selain harganya pun jauh lebih mahal karena import content.  

Purwarupa NIVA telah dilansir oleh Menristek Kepala BRIN pada tahun 2019 di ITB. Dari sisi produksi massal, Selaras telah memulai aktivitas manufacturing alkes sejak tahun 2023, setelah segala perizinan, persyaratan, dan kepatuhan telah lengkap terpenuhi seperti proteksi kekayaan intelektual (hak paten), uji klinis, uji kelistrikan, uji mekanik, uji produk, uji kinerja, sertifikat mutu alkes ISO-13485, sertifikat CPAKB (Cara Pembuatan Alkes Yang Baik), Izin Edar AKD, termasuk TKDN.

Potensi revenue dari alkes NIVA ini sangat besar, yang dapat dicapai melalui beberapa pendekatan pasar seperti melalui skema penjualan alat dan / atau layanan jasa screening kardiovaskular. Dari sisi produsen, Freddy (CEO SCNP) menyatakan bahwa kapasitas produksi alkes SCNP adalah 85-100 unit NIVA per bulannya.

Ditambahkan Tumpal Sihombing bahwa melalui kemitraan strategis ini, manajemen Selaras dan Sinergi berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi program kesehatan pemerintah secara khusus dan bagi perekonomian nasional secara umum. Hal tersebut dapat diwujudnyatakan melalui:

  1. Peningkatan Produksi Alkes: Sesuai dengan imbauan Pemerintah yang mendorong industri dalam negeri untuk memproduksi alkes melalui Inpres Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan. Dalam hal ini Selaras merespons dengan cara meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan alkes yang terus meningkat di Indonesia.
  2. Peningkatan Akses Masyarakat Luas Terhadap AKD: Melalui peran distributor lokal dalam mendistribusikan alkes secara efisien ke fasilitas kesehatan dan pengguna akhir..

Ke depannya, Selaras akan terus melakukan kegiatan riset dan pengembangan, kerja sama dan komersialisasi yang lebih intensif dan ekstensif di industri alkes nasional yang dilakukan bersama Sinergi.

Saat ini, industri alat kesehatan (alkes) Indonesia sedang menghadapi tantangan dengan tingginya angka kematian akibat penyakit kardiovaskular. Ada beberapa strategi yang dilansir oleh industri dalam upaya mengatasi tantangan tersebut:

  1. Pengembangan Perangkat Medis Bedah Jantung: Oleh karena tingginya angka kematian akibat penyakit jantung di Indonesia, maka permintaan pasar terhadap alkes bedah jantung meningkat. Kondisi ini memberikan peluang bagi manufaktur alkes untuk melakukan riset dan pengembangan hingga ke komersialisasi instrumen bedah jantung yang berkualitas tinggi untuk memenuhi permintaan tersebut;
  2. Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular: Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia, yang bertanggung jawab atas sepertiga dari seluruh kematian di Nusantara. Tingginya beban penyakit kardiovaskular yang merundung penduduk Indonesia masih terkait dengan beberapa faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, obesitas, dislipidemia dan penggunaan tembakau aktif. Oleh karena itu, industri alkes perlu fokus pada pengembangan alkes yang mampu membantu mencegah dan mengelola faktor risiko tersebut;
  3. Signifikansi Peran Distributor Lokal: Produsen alkes di Indonesia diharapkan bermitra strategis dengan distributor lokal untuk mendistribusikan produk alkes ke rumah sakit dan klinik dan pengguna lainnya. Distributor lokal memberikan wawasan berharga tentang pasar alkes domestik dan logistik hingga ke tahap distribusi alkes. Peran distributor sangat membantu produsen alkes dalam membuat produk alkes yang dihasilkan dapat terjangkau dan dinikmati oleh masyarakat dan para pengguna akhir;

Investasi Manufaktur Alkes: Saat ini produk impor masih mendominasi pasar alkes di Indonesia. Banyak sekali produsen alkes dalam negeri (AKD) yang memproduksi perangkat dasar seperti sarung tangan bedah, perban, alat bantu ortopedi, perabot rumah sakit dan gaun sekali pakai, dan sangat minim produsen lokal menghasilkan alkes yang mengadung unsur state of the art technology. Pemerintah mendukung upaya pengembangan kemampuan manufaktur domestik dalam mengurangi ketergantungan industri alkes terhadap produk impor. Saatnya mengoptimalkan kearifan lokal dan karya anak bangsa.

(rr/Syam)